Copyright © Days Journal
Design by Dzignine
Rabu, 18 September 2013

Doa dari Seorang Asing

Kebahagiaan itu sederhana. Sesederhana saat kita mendapat senyuman dari orang lain yang tidak kita duga. Atau mengetahui ada orang yang sama sekali asing ternyata menunggu kehadiran kita.

Saya punya hobi baru beberapa bulan ini. Hobi yang mungkin agak aneh untuk ‘mbak-mbak’ kebanyakan…makan sendirian di warteg atau gerobak pinggir jalan. Banyak warteg-warteg dan gerobak yang saya sasar. Kebanyakan di lingkup kompleks rumah, di sekitar Perum Sawojajar. Entah bagaimana awalnya saya memulai hobi ini. Saya memang penggemar makanan berbahan dasar mie, terutama pangsit dan bakmie. Di Malang, ada beberapa warung atau resto yang menyediakan pangsit yang menurut saya paling enak se-Malang *lebay. Tapi semua lokasinya sangat jauh dari rumah dan kalau sewaktu-waktu ingin tidak bisa serta merta langsung kesana. Berbekal alasan itu, saya  trial error mencari pangsit enak di sekitar komplek rumah. Dengan siapa saya ber-trial error-ria? Dengan baju yang melekat di badan dan dompet di saku. haha. Saya lebih suka makan di warung atau gerobak. Karena irit? iyaa..dan suasananya lebih akrab karena kita bisa berinteraksi dengan berbagai macam orang.

2013-09-18 14.17.43Dari beberapa warung yang saya datangi, ada satu gerobak pangsit di sebelah TELKOM Sawojajar yang jadi favorit saya. Pertemuan saya dengan Gerobak pangsit yang disupiri oleh seorang bapak tua berumur sekitar 60-an itu kalau tidak salah saat pulang dari Kampus, seusai bimbingan skripsi di awal tahun 2013. Awalnya saya bungkus bawa pulang. Ternyata citarasa pangsit itu pas dengan selera saya, jadilah saya langganan beli pangsit disana. Gerobak pangsitnya seperti gerobak-gerobak pangsit PKL pada umumnya. Gerobak itu menempati spot dagang sayur.


Di lingkungan Perumahan saya, setiap pagi spot itu dijadikan tempat berdagang bahan-bahan mentah dan sayur yang selalu ramai dengan ibu-ibu. Pedagang-pedagang tsb hanya berjualan di pagi hari, apabila siang spot itu sudah dibersihkan dan dijadikan tempat mangkal gerobak pangsit Bapak tadi. Tidak banyak properti yang digunakan pak Pangsit itu. Selain gerobak pangsit bercat birunya, hanya ada sekitar 5 kursi plastik  dan tanpa tenda hanya dipayungi oleh rindangnya pohon besar. Aroma sekitarnya? mungkin...bisa dibayangkan aroma pasar..tapi tidak semenusuk itu, hanya terkadang tercium maksliwer…hehe
Usut punya usut, ternyata Bapak itu yang membersihkan area pasar pagi itu sebelum berjualan pangsit. Pernah suatu hari saya lewat sana dengan menggunakan sepeda motor di siang hari. Bapak itu sedang menyapu sampah-sampah sayuran disana, sementara gerobaknya diletakkan tidak jauh dari spot biasanya gerobak itu diletakkan.
Saya tipe orang yang bisa makan dimana saja, entah warung atau pinggir jalan pernah saya coba, tapi dengan satu syarat. Tempatnya harus bersih dan tidak berbau,. Iya… saya agak ‘gilo’an kalau kata orang jawa. Kalau tempatnya kurang bersih bisa jadi makanan yang saya makan akan mubadzir, alias tidak habis. Padahal kurus-kurus begini saya gila makan loh, ciyus..

Suatu hari saya beli pangsit di pak Pangsit Telkom itu. Awalnya saya niat bungkus, karena sepertinya saya tidak akan bisa bertahan makan dengan bau pasar yang kadang maksliwer. Suasana saat itu sepi...tidak ada pembeli lain selain saya, padahal rasanya enak. Saya pun ingat sebelum-sebelumnya juga jarang sekali melihat Pangsit ini ramai pengunjung. Entah kenapa saya tergerak untuk makan disana, despite of the smell . Saat itu saya teringat materi Seminar Kewirausahaan yang pernah saya liput. *yes, ilmu gratiis..

“Orang itu akan tergerak untuk makan di warung yang ramai, atau paling tidak ada 1 konsumen disana. 1 orang itulah yang menjadi penarik perhatian konsumen-konsumen lainnya untuk maka disana.”

Berbekal pemikiran itulah (yang entahlah kenapa saya bisa dengan pedenya berpikir akan menarik konsumen lainnya) saya makan di gerobak pinggir jalan itu. Pak pangsit itu terlihat ramah, servisnya (?) juga cepat. Hanya dalam beberapa menit 1 mangkok pangsit terhidang di depan saya.  Dengan semangat 45 berjuang melawan rasa ‘gilo’ akibat bau-bau maksliwer itu, akhirnya habis juga pangsitnya. Selama saya makan disana ada 2 konsumen lain yang berhenti untuk makan. Seorang pejalan kaki dan pengendara motor. Dalam hati saya senang, ternyata strategi wirausaha itu berhasil.. (pede banget wkwkwk). Senang rasanya bisa sedikit meramaikan gerobak pangsit itu dengan kehadiran saya.

Sejak itu saya sering makan disana. Tapi semenjak sibuk dengan segala urusan skripsi dan sidang saya tidak pernah kesana lagi. Mungkin setelah sekitar 3 bulan… tadi siang saya baru kesana ..
Bapak itu terlihat sangat gembira.

“Ko nggak pernah kesini lagi mbak, saya tunggu dari dulu lo,” kata bapak itu dengan bahasa Jawa.
“Iya pak, baru sempat..kemarin-kemarin sibuk skripsi pak, ^^”
“semester berapa mbak?”
“Sudah lulus pak, minggu kemarin wisuda ”
“Alhamdullilah, Bapak cuma bisa mendoakan biar mbak sukses ke depannya :)”

Mungkin itu cuplikan pembicaraan kami yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia, karena sebagian besar didominasi oleh Bahasa Jawa, dimana saya kurang fasih dan hanya bisa berkata Aamiin dan Inggih (miris, padahal jaman SD Juara 2 Lomba Bahasa Jawa Se-Malang Raya). Intinya Bapak itu Berdoa sangaat panjang untuk saya, yang bukan siapa-siapa nya ini. Saya tidak mengira dari berbagai konsumennya, saya masih diingat oleh bapak itu, mungkin karena saya satu-satunya mbak-mbak yang selalu sendirian makan disana ya.. *pukpuk. Mungkin terdengar biasa, tapi saya saangaat menghargai doa Bapak pangsit itu. Bagi saya, mengetahui keberadaan saya diingat dan ditunggu oleh orang lain itu benar-benar sesuatu yang..membahagiakan. Seperti saya memiliki arti di mata orang lain. Mungkin itu yang saya butuhkan sekarang. Hari itu saya makan pangsit sembari merenung bahwa manusia akan memiliki makna bila berarti bagi orang lain. kalau diceritakan bahan renungannya, bisa 3 hari 3 malam. ^^)”

Besok-besok dan seterusnya gerobak Pangsit Telkom akan tetap menjadi favorit saya. Semoga Bapak itu senantiasa diberi kesehatan dan rezeki sehingga suatu saat saya bisa mengajak anak-anak saya kesana. Aamiin… :’)


-ajeng-

3 komentar:

  1. jleb

    " Padahal kurus-kurus begini saya gila makan loh, ciyus.. "

    no doubt. ciyus..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kenapa yang dikomentari hanya bagian itu.. =___=)""
      ciyus deh pen..

      Hapus

Tinggalkan komentarmu ya..^_____^