Berdoa.. sesuatu yang kita lakukan setiap hari. Tidak memandang agama dan kepercayaan apa yang kita anut. Semua orang pastinya berdoa sesuatu yang positif, atau berharap akan datangnya sesuatu yang positif. Seperti misalnya, setelah bekerja keras, atau berusaha sebaik mungkin, maka kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk bertawakkal, menyerahkan semua keputusan kepada Allah. Bila berhasil, maka Alhamdullilah, bila gagal, maka itu adalah jalan yang terbaik bagi kita, dan pasti ada rejeki lain yang menunggu di tempat lainnya.
Ada doa yang sering kita panjatkan sehari-hari, misalnya pada doa setelah sholat pada umat Islam, doa untuk orang tua, doa untuk diri sendiri, ditambah doa-doa lain yang terkadang bersifat egoistis. Egoistis disini maksudnya, si pendoa hanya berdoa untuk dirinya sendiri maupun keluarganya sendiri. Setidaknya itu dipraktekkan saat masih kecil, dan belum memahami esensi dari doa itu sendiri. Saat kecil kita dibimbing untuk menyuarakan doa dengan suara lantang. Selain agar mudah menghapal, menyuarakan doa dimaksudkan agar kita terbiasa untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apapun.
Semakin beranjak dewasa, kita makin memahami seni dari doa. Tidak hanya doa yang terpusat pada diri sendiri, tapi pada orang lain yang bukan keluarga bahkan orang yang tidak dikenal. Orang yang sekedar lewat di hidup kita atau bahkan orang yang menyakiti kita. Mendoakan seseorang, mengharapkan kebahagiaannya dengan orang-orang di sekelilingnya, berharap agar ia tetap pada jalan-Nya, tanpa menyuarakannya, tanpa ada yang tahu. Sungguh indah bukan?
Tanpa harus melihat atau berusaha untuk tahu keadaannya, cukup hanya mendoakannya. Yakin bahwa Allah akan mengabulkannya cepat atau lambat. Dan suatu hari, bisa jadi saat kita dipertemukan dengan subyek atau obyek yang kita doakan, dia berada pada situasi yang sesuai dengan apa yang kita harapkan dalam doa. Maka semuanya akan yakin, bahwa Allah telah bekerja. Maka takperlulah mengumbar doa, karena seni dalam doa adalah pada ke-diam-annya. Saat hanya si pendoa dan Allah yang mengetahuinya.
-ajeng-
aw-aw-aw... bahasannya berat dan semacam mengandung cur...ah sudahlah...
BalasHapusiya banget bu..cukup Allah dan diri sendiri yang tau... "cinta dalam doa"... *terharu *abaikan
tidak harus tentang cinta miftoo..
Hapus*gara2 kebiasaanmu bikin tulisan galau persepsimu jadi begini ini.. -__- wkwkwk