Copyright © Days Journal
Design by Dzignine
Kamis, 16 Januari 2014

Bayar Berapa Mbak?

Bayar berapa mbak?

Aah, beberapa hari ini sering sekali mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang bagi sebagian orang adalah lumrah ditanyakan apabila berkaitan dengan urusan ini. Bingung? iya sangat.. bayar apa?ke siapa? dalam rangka apa? mengapa mereka bertanya pada saya?

Setelah bertanya balik dan terlibat pada percakapan yang cukup panjang dengan si penanya, akhirnya saya mengetahui apa yang mereka maksud. “Bayar berapa mbak” berarti “Berapa yang saya bayarkan sehingga saya bisa diterima CPNS. Oke, saya shock. Ini kira-kira sekelumit isi percakapan saya dengan seorang pegawai Pemkot di sela menunggu teman saat pemberkasan CPNS suatu kota (saya sudah selesai pemberkasan dan duduk di belakang). Setelah basa-basi tiba-tiba percakapan ini muncul.


Bapaknya : “Bayar berapa mbak?”
Saya : “Bayar apa pak?”
Bapaknya : “Bayar biar masuk sini” (tampang serius menyeriingai)
Saya : … *terdiam sebentar, shock tidak mengira ditanya semacam itu…“Saya tidak bayar apa-apa pak” (berusaha senyum pdhl bingung)
Bapaknya : Ah masak, mana bisa masuk tanpa bayar, saya dulu masuk PNS bayar (umurnya kira-kira lebih tua dari ayah saya), anak saya masuk PNS juga bayar… *malah ngaku
Saya : (mulai panas…) “Tapi saya memang nggak bayar apa-apa pak, saya masuk sini ya dari tes itu.”
Bapaknya : “Masaaak? “ (muka serius, nadanya nggak enak..)
Saya : “Iya pak, Ini kali pertama saya ikut CPNS, jadi saya tidak terlalu berharap banyak bisa diterima. Karena itu saya juga mencari kesempatan lain dengan melamar di perusahaan. Saya tinggal tes kesehatan aja di Ja*a Pos dan Bank Jati* pak sebelum akhirnya saya tahu bahwa saya lolos CPNS.  Untuk apa saya berusaha melamar pekerjaan lain bila saya sudah pasti lolos CPNS? *senyum bisnis, padahal panaaass
Bapaknya : “… murni berarti mbak? Waah harus bersyukur sekali mbak, masuk PNS itu sulit sekali.”
Saya : Iya, Pak, Alhamdullilah.. (masih kesel –.-)

Dari percakapan dengan bapak itu saya jadi mengetahui bahwa, tahun-tahun sebelumnya ternyata ada praktik-praktik kotor CPNS. Tidak tanggung-tanggung, 75 juta-100 juta, yang mereka keluarkan hanya demi menjadi PNS. Saya hanya berpikir, sebegitu prestisiusnya kah menjadi PNS hingga banyak orang rela mengorbankan idealisme dan harga diri mereka. Apabila awalnya saja sudah dilalui dengan cara mengambil hak orang lain bagaimana nantinya dengan kinerja mereka? kebersihan harta mereka? keselamatan mereka di akhirat?

Dan bagi orang-orang yang lolos dengan jalan yang benar pun jadi kena imbas. Apakah mereka tidak tahu gimana rasanya ditanya dengan pertanyaan “bayar berapa mbak?” atau “koneksi mana mbak?”. Seriously, it really hurt for some people. Bagi saya pertanyaan semacam itu terkesan sangat merendahkan.

Yah, ini adalah ujian awal saya di kota ini. Besok-besok pasti akan datang ujian dan cobaan yang lebih wuushhh lagi. Semoga dimudahkan Allah sehingga bisa melalui persoalan dan tantangan di masa mendatang, Aamiin.. :)) Semangaatt :D


.ajeng.

6 komentar:

  1. hyaa..semangatt bu...
    cuekin aja omongan negatif kayak begitu... --"

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mip, aku malah termotivasi sama omongan-omongan seperti itu *tipe orang yg malah tertantang kalau disepelekan...wkwkwk :v

      Hapus
  2. http://www.LatihanSoal.com/?id=cpnsmedan

    BalasHapus
  3. wah selamat y....

    BalasHapus

Tinggalkan komentarmu ya..^_____^