Copyright © Days Journal
Design by Dzignine
Senin, 25 Mei 2015

Saat Laci itu Terbuka

Ada yang bilang memaafkan dan mengikhlaskan itu hanya masalah waktu. Namun Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Melangkah maju dan berusaha untuk tidak menoleh itu suatu keharusan. Namun adakalanya langkah kita terhenti sesaat dan seakan-akan ada yang memanggil di belakang.
Ya, seolah-olah laci yang sudah kamu kunci rapat dan sembunyikan kuncinya tiba-tiba terbuka. Membuatmu tergerak dan penasaran untuk mengulik kembali isi laci itu. Dan membangkitkan kembali ingatan yang telah lama terlupa. Bisa jadi laci itu berisi hal yang menyenangkan. Tiba-tiba kamu menemukan segebok uang atau mungkin benda berharga lainnya. Semua pasti senang, semua pasti siap untuk menerima kejutan dan kebahagiaan yang tidak disangka-sangka.


Di sisi lain, bisa jadi laci usang itu berisi sesuatu yang tidak  dinyana. Kunyahan permen karet dari jaman purba yang tidak sengaja kau sentuh bisa jadi membuatmu terkaget-kaget. Kalau sudah begitu, pasti ada rasa kesal, sedih, kecewa, dan menyesal sudah membuka laci itu. Begitulah sebaliknya, tidak ada yang siap dengan kekecewaan. Bahkan memang kekecewaan itu ada karena kita tidak siap dan tidak ikhlas. Seandainya di awal kita sudah memantapkan diri akan menerima apapun benda yang ada di laci itu, bisa jadi rasa kecewa tidak terlalu besar. Sama seperti saat kita menoleh ke belakang. Bisikan-bisikan itu pasti sangat menggoda. Sekedar menoleh tidak apa. Apakah kita akan mendekati suara panggilan itu atau hanya sekedar melihat dari kejauhan itu pilihanmu. Namun layaknya laci usang yang terbuka, kita harus mempersiapkan diri. Apapun yang kita pilih, setidaknya kita telah memikirkan konsekuensinya. Karena itu aku memutuskan untuk menoleh dan melihat dari kejauhan. Melihat sekilas memori yang berkelebatan. Layaknya masuk dalam Pensieve dan melihat bagaimana memori di masa lalu berjalan, Tersenyum sendiri, sedih sebentar, kemudian tersenyum lagi.
Puas me-rewind kenangan aku menghela nafas.

Sembari mengucapkan terimakasih dari kejauhan aku menutup kembali laci dan meletakkan kuncinya di sebuah kantung yang diselipkan di bawah Cerberus. Kemudian melangkah maju dan bersyukur pada Allah akan karunia-Nya, akan masa lalu, hari ini, dan berharap hari esok akan lebih indah dimana aku akan mengukir kenangan yang baru bersama dengan orang-orang, teman-teman, dan saudara yang baru.


*Istilah yang dimiringkan terinspirasi dari Novel Harry Potter. Sengaja dimasukkan sebagai bentuk respect pada novel yang banyak mengasah imajinasi saya.. ahaha:)

.ajeng.

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentarmu ya..^_____^