Beberapa hari yang melelahkan. Kesibukan sebagai panjtia UAS benar-benar menyibukkan saya. Hal yang masih asing bagi saya yang orang baru. Saya masih perlu banyak belajar dalam mengerjakan jobdis, koordinasi dan kerja sama tim. Lembur dan begadang beberapa malam harus dijalani. Selain penat kadang juga kepikiran dengan masalah dunia. Yah namanya juga manusia, walau sudah diberi karunia dan nikmat yang begitu banyak, kadang kita masih saja mengeluh. Capek..pingin refreshing..jenuh..kapan bisa istirahat..dll
Malamnya saya terbangun,disambut dengan layar laptop dan tv yang masih menyala. Saya lirik jam di atas tv, sudah sekitar jam 01.00.
Ah saya ketiduran saat mengerjakan format soal..
Setelah mengambil air wudhu, sholat isya dan tahajud. Saya merenung..diam tanpa berkata kata dan berdoa. Saya curahkan semua kepenatan dan segala hal yang menjadi ganjalan hati padaNya. Saya keluarkan uneg-uneg dan keluhan. Apakah Engkau dapat mengangkat semua beban ini ya Allah..pinta saya.
----------------------------------
Pagi yang redup dan mendung di Probolinggo, tidak seperti biasanya. Nada dering sms menyambut saya yang baru saja kembali ke kamar..
Ternyata dari teman guru..
" Inalillahi wainalillahi rojiun telah pulang kerahmatullah ibu EMY GIANTI Tolong beritahukan pd teman2 lainnya.. "
Inalillahi wainalillahi rojiun, salah seorang rekan guru di SMK meninggal dunia. Bu emy, guru normada, yang seminggu ini rawat inap di rumah sakit karena komplikasi jantung yang katanya berawal dari pengangkata n payudara yang terkena kanker. Saya kemudian teringat akan beliau semasa hidupnya. Walau tidak kenal dekat dan berbeda kantor,saya sempat bercengkrama dengan beliau. Masih teringat bagaimana raut mukanya yang bangga dan bahagia saat menceritakan ketiga anaknya. Bagaimana anaknya mendapat beasiswa s2 di salah satu perguruan tinggi unggulan di Jogja dan harapannya untuk mereka ke depan.
" anak saya tahun depan saya suruh PPL di Probolinggo saja, enak bisa nginap di rumah sendiri, " cerita beliau beberapa bulan lalu saat menceritakan anak ke2 nya yang masi mengecap bangku perkuliahan di kampus almamater saya di kota Malang...
Saya berangkat ke sekolah dengan perasaan gamang.
Bel masuk kelas berbunyi, siswa sudah siap di dalam kelas. Pengumuman yang terdengar dari pengeras suara sontak menghentikan keramaian mereka pagi ini. Kabar mengenai meninggalnya bu Emi disampaikan, semua siswa diarahkan untuk menuju lapangan guna mengadakan tahlilan.
Kegiatan belajar mengajar ditiadakan,setelah doa bersama, siswa dipulangkan. Semua guru diinstruksikan untuk bertakziah ke rumah duka. Pukul 10.30 kami berangkat,jalan di depan rumah tampak penuh sesak dengan siswa SMK, ternyata mereka siswa jurusan Listrik dimana Bu Emy adalah wali kelas mereka. Kami datang tepat saat jenazah akan diberangkatkan ke pemakaman. Lokasi pemakaman yang cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki tidak menyurutkan para petakziah untuk mengantar beliau ke peristirahatan nya yang terakhir.
Jenazah dimasukkan dalam liang lahat dan adzan dikumandangkan. Adzan yang bagi saya terdengar sebagai adzan yang paling sedih dan menyayat hati yang pernah saya dengar. Adzan sebagai pengingat bagi kita yang masih di dunia, untuk ingat akan kematian, akan kehidupan kekal setelah kita mati. Suasana begitu hening, langit meredup, tidak hujan dan terasa sejuk. Tidak seperti biasanya cuaca seperti ini di kota Probolinggo. Semoga itu suatu tanda yang baik akan beliau. Belakangan saya baru tahu anak beliau lah yang mengumandangkan adzan.
Di tengah prosesi pemakaman, teringat kembali tadi malam, saat saya begitu merasa berat dan penuh dengan keluhan. Saya rasa hari ini Allah menjawab doa saya, menjawab segala keluhan saya. Hari ini saya diperlihatkan olehNya, bahwa segala beban yang saya ampu sekarang bukanlah apa-apa. Saya masih diberikan nikmat yang begitu luar biasa..saya masih diberikan kehidupan. Saya masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan menabung untuk bekal akhirat nanti. Saya masih diberi waktu untuk beramal, berbuat baik juga membahagiakan orang-orang di sekitar saya. Sungguh picik sekali pikiran saya yang banyak mengeluh akan urusan dunia. Begitu cepatnya Allah menjawab segala kegundahan hati saya melalui peristiwa hari ini.
Bukan dunia dan seisinya yang perlu saya gundahkan. Tapi..apakah saya sanggup menghadapi bahwa suatu hari nanti, saat saya dimakamkan, saat pelayat terakhir 7 langkah menjauhi pusara saya, sanggupkah saya menyambut kedatangan mereka. Sanggupkah saya menjawab pertanyaan mereka.
Semoga almarhumah Bu Emy diampuni segala dosadan diterima segala amal baiknya,
Dan semoga kita dimudahkan saat sakaratul maut nanti, saat menyambut, menjawab pertanyaan, dan mempertanggung jawabkan segala hal yang kita lakukan di dunia..
Semoga kita siap dengan segala bekal saat kematian menyapa kita. Aamiin...
.ajeng.
Malamnya saya terbangun,disambut dengan layar laptop dan tv yang masih menyala. Saya lirik jam di atas tv, sudah sekitar jam 01.00.
Ah saya ketiduran saat mengerjakan format soal..
Setelah mengambil air wudhu, sholat isya dan tahajud. Saya merenung..diam tanpa berkata kata dan berdoa. Saya curahkan semua kepenatan dan segala hal yang menjadi ganjalan hati padaNya. Saya keluarkan uneg-uneg dan keluhan. Apakah Engkau dapat mengangkat semua beban ini ya Allah..pinta saya.
Pagi yang redup dan mendung di Probolinggo, tidak seperti biasanya. Nada dering sms menyambut saya yang baru saja kembali ke kamar..
Ternyata dari teman guru..
" Inalillahi wainalillahi rojiun telah pulang kerahmatullah ibu EMY GIANTI Tolong beritahukan pd teman2 lainnya.. "
Inalillahi wainalillahi rojiun, salah seorang rekan guru di SMK meninggal dunia. Bu emy, guru normada, yang seminggu ini rawat inap di rumah sakit karena komplikasi jantung yang katanya berawal dari pengangkata n payudara yang terkena kanker. Saya kemudian teringat akan beliau semasa hidupnya. Walau tidak kenal dekat dan berbeda kantor,saya sempat bercengkrama dengan beliau. Masih teringat bagaimana raut mukanya yang bangga dan bahagia saat menceritakan ketiga anaknya. Bagaimana anaknya mendapat beasiswa s2 di salah satu perguruan tinggi unggulan di Jogja dan harapannya untuk mereka ke depan.
" anak saya tahun depan saya suruh PPL di Probolinggo saja, enak bisa nginap di rumah sendiri, " cerita beliau beberapa bulan lalu saat menceritakan anak ke2 nya yang masi mengecap bangku perkuliahan di kampus almamater saya di kota Malang...
Saya berangkat ke sekolah dengan perasaan gamang.
Bel masuk kelas berbunyi, siswa sudah siap di dalam kelas. Pengumuman yang terdengar dari pengeras suara sontak menghentikan keramaian mereka pagi ini. Kabar mengenai meninggalnya bu Emi disampaikan, semua siswa diarahkan untuk menuju lapangan guna mengadakan tahlilan.
Kegiatan belajar mengajar ditiadakan,setelah doa bersama, siswa dipulangkan. Semua guru diinstruksikan untuk bertakziah ke rumah duka. Pukul 10.30 kami berangkat,jalan di depan rumah tampak penuh sesak dengan siswa SMK, ternyata mereka siswa jurusan Listrik dimana Bu Emy adalah wali kelas mereka. Kami datang tepat saat jenazah akan diberangkatkan ke pemakaman. Lokasi pemakaman yang cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki tidak menyurutkan para petakziah untuk mengantar beliau ke peristirahatan nya yang terakhir.
Jenazah dimasukkan dalam liang lahat dan adzan dikumandangkan. Adzan yang bagi saya terdengar sebagai adzan yang paling sedih dan menyayat hati yang pernah saya dengar. Adzan sebagai pengingat bagi kita yang masih di dunia, untuk ingat akan kematian, akan kehidupan kekal setelah kita mati. Suasana begitu hening, langit meredup, tidak hujan dan terasa sejuk. Tidak seperti biasanya cuaca seperti ini di kota Probolinggo. Semoga itu suatu tanda yang baik akan beliau. Belakangan saya baru tahu anak beliau lah yang mengumandangkan adzan.
Di tengah prosesi pemakaman, teringat kembali tadi malam, saat saya begitu merasa berat dan penuh dengan keluhan. Saya rasa hari ini Allah menjawab doa saya, menjawab segala keluhan saya. Hari ini saya diperlihatkan olehNya, bahwa segala beban yang saya ampu sekarang bukanlah apa-apa. Saya masih diberikan nikmat yang begitu luar biasa..saya masih diberikan kehidupan. Saya masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan menabung untuk bekal akhirat nanti. Saya masih diberi waktu untuk beramal, berbuat baik juga membahagiakan orang-orang di sekitar saya. Sungguh picik sekali pikiran saya yang banyak mengeluh akan urusan dunia. Begitu cepatnya Allah menjawab segala kegundahan hati saya melalui peristiwa hari ini.
Bukan dunia dan seisinya yang perlu saya gundahkan. Tapi..apakah saya sanggup menghadapi bahwa suatu hari nanti, saat saya dimakamkan, saat pelayat terakhir 7 langkah menjauhi pusara saya, sanggupkah saya menyambut kedatangan mereka. Sanggupkah saya menjawab pertanyaan mereka.
Semoga almarhumah Bu Emy diampuni segala dosadan diterima segala amal baiknya,
Dan semoga kita dimudahkan saat sakaratul maut nanti, saat menyambut, menjawab pertanyaan, dan mempertanggung jawabkan segala hal yang kita lakukan di dunia..
Semoga kita siap dengan segala bekal saat kematian menyapa kita. Aamiin...
.ajeng.
posted from Bloggeroid
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentarmu ya..^_____^